tak kenal maka tak sayang

Foto saya
Kuta, Bali, Indonesia
Wadah bagi kartun-kartun Indonesia. Wadah bagi kartunis Indonesia. Wadah bagi penikmat kartun Indonesia.

Arsip Blog

26 Oktober 2008

Sang Maestro "Augustin Sibarani"

Perjalanan karir berkartun Augustin Sibarani

Era Demokrasi Parlementer pada tahun 1950an saat Sibarani berkiprah sebagai kartunis, banyak kartunis menampilkan karya kartun yang kuat. Nama kartunis Ramelan malah mengisi banyak sekali majalah dan surat kabar, terutama yang berhaluan nasionalis. Masa itu merupakan jaman keemasan kartun politik. Tiap surat kabar memanfaatkan kartun untuk menyampaikan opini politiknya. Dalam suasana politik yang seimbang, berbagai pohak saling berperang melalui kartun. Kritik kartun masa itu sangat terbuka, menunjuk langsung, leluconnya bersifat sinis, kadang sarkastik.

Di tengah suasana demikian Sibarani sejak tahun 1950 hingga 1965 meniti karir kartun, karikatur politiknya. Namanya menjadi sangat menonjol setelah menjadi kartunis politik tetap di Bintang Timur tahun 1957. Karena perubahan situasi politik, Sibarani tak mendapat tempat di media massa, bersama dengan dibubarkannya berbagai organisasi dan media berhaluan kiri. Baru pada tahun 1998 (dalam usia 73 tahun) Sibarani diam-diam menyebarkan karikatur politiknya dalam bentuk fotokopian ukuran A3. Fotokopi itu beredar luas hingga ke Prancis dan Amerika, dan beberapa dimuat dalam terbitan jurnal disana. Setelah masa reformasi Sibarani pernah sebentar berkarya karikatur di majalah Pantau dan menerbitkan buku karikatur berjudul “Karikatur dan Politik” tahun 2001. Sibarani terakhir muncul di tengah kartunis pada tahun 2006 saat pembukaan pameran tunggal kartun Pramono Pr., ketua Dewan Museum Kartun. Pada awal tahun ini Pak Pramono dan Pak Istio Adi berkunjung ke rumah beliau dan menawarkan acara pameran dan award ini.

Beberapa alasan memilih Augustin Sibarani

1. Konsistensi dalam berkarir sebagai kartunis. Sejak tahun 1950 Sibarani memantapkan diri untuk hidup sebagai kartunis. Dengan tekad demikian Sibarani berhasil menjadi kartunis yang disegani pada masanya dan dikenal di kalangan luas

2. Keunikan perupaan karya. Kalau dilihat dari sisi konten, berungkap sinis dan terbuka bukan khas Sibarani, karena menjadi ciri umum kartun masa itu. Keunikan Sibarani terletak dalam dua hal:

a. Penggunaan simbol dan metafora yang cerdas dari sumber yang sangat luas, mengindikasikan keluasan wawasan kartunis dalam menggali literatur sebagai senjata dalam berkarya. Kekuatan ini sudah ditunjukkan pada kenakalan kartunnya yang dimuat di majalah Kisah tahun 1951, dan tetap konsisten saat berkarya di Bintang Timur. Sisa-sisanya kita masih temukan dalam kartun yang dibuatnya pada usia 73 tahun.

b. Gaya gambar yang berbeda dengan kartunis semasanya, yaitu gambar yang cenderung serampangan, garis mengalir bebas mengingkari hukum anatomi, efisien dan mengena, garis kasar yang menambah kesan keras pada kartunnya. Gaya kartun demikian berbeda dengan umumnya kartun saat itu yang cenderung anatomis dan berusaha meniru bentuk nyata. Sibarani lebih cenderung kepada ungkap gagasan daripada meniru alam (realisme). Hal ini membuat karya beliau unik dangampang ditandai cirinya.

3. Pengaruh gaya kayanya pada dunia kartun di Indonesia muncul justru pada era awal Orde Baru, saat Sibarani berhenti berkarya. Banyak kartunis anti Sukarno dan Orde Lama menampilkan kartun dengan ciri yang mirip dengan karya Sibarani. Yang paling menonjol adalah kartun di surat kabar “Mahasiswa Indonesia”. Apa yang dikritik merupakan kebalikan dari pada era Sibarani. Tapi kecerdasan bermain metafora dan gaya gambar garis sederhana dan efektif mirip dengan cara berungkap yang dikenalkan Sibarani pada mas tahun 1950an. Beberapa tokoh yang saat ini sudah menjadi kartunis senior, pada awal karirnya belajar dari cara berkartun Sibarani. Setelah melalui waktu kemudian masing-masing menemukan gayanya sendiri.


Ketiga butir di atas merupakan alasan yang mendasari keberanian kami menghargai kiprah beliau dengan menganugerahkan Gelar Maestro. Untuk mendukungnya kami sajikan sebagian kecil (40) karya Sibarani yang dapat menggambarkan kepiawaian beliau.

Gelar Maestro Kartun ini merupakan yang pertama, tapi bukan satu-satunya. Masih sangat banyak bertebaran kartunis handal yang bekerja keras demi meningkatkan apresiasi masyarakat pada seni kartun, di masa lalu maupun masa ini, di Jawa ataupun di luar Jawa. Kami masih mencari terus mutiara-mutiara kartun di seluruh negeri. Pada saatnya, kami akan menemukan dan menampilkan tokoh kartun berikut yang berkaliber Maestro.


Kuta, 25 Oktober 2008

atas nama Dewan Museum Kartun Indonesia
Priyanto Sunarto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar